Mengenal lebih dekat tentang Pesantren Al Badri
Pondok pesantren Al-Badri awal mulanya didirikan oleh almarhum kyai hasbiyan abdurrahman. Beliau dilahirkan di Desa Bilepora Lenteng Sumenep dari pasangan suami istri kyai Hamidah dan Aminah. Kyai Hamidan sendiri adalah putra dari K.H. Abdillah yang akrab dipanggil dengan Agung Darmah. Sejak kecil kyai Hasbiyan oleh ketua orang tuanya, diasah dan ditempa pengetahuan agama serta kepribadiannya pada pondok pesantren yang ada di Madura. Beranjak dewasa belian dipindahkan ke pesantren yang ada di pulau jawa untuk mendalami ilmu agama. Setelah keluar dari pesantren akhirnya beliau menetap di Desa Kotok (sekarang menjadi Desa Gumuksari) kalisat.
Diperkirakan pada tahun 1920 kyai Hasbiyan mendirikan pondok pesantren Al-Badri. Dan pada tahu itu pula beliau menikahi Nyai HJ..Saridah yang berasal dari Kotok (Gumuksari). Dari pernikannya itu, beliau di karuniai 2 orang putra dan 4 orang putri. Keramahan, kesederhanaan dan kepedulian terhadap sesama, menjadikan beliau disegani oleh masyarakat. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika pada awal berdirinya pondok pesantren Al-Badri jumlah santri cukup banyak, yakni kurang lebih 400 orang (300 santri putra dan 100 santri putri). Di tengah-tengah kesibukannya berdakwah kepada masyarakat, beliau tetap setia untuk mengajarkan kitab kuning kepada para santri dengan sistem sorogan yang bertempat di Masjid.
Setelah Kyai Hasbiyan wafat (tahun 1970), yang meneruskan keberlangsungan syi’ar agama islam di pondok pesantren Al-Badri di percayakan kepada putranya yang ke-3 (tiga) yakni; K.H. Hasbibullah sebagai pengasuh generasi kedua. Pada waktu itu pula, pesantren dipecah menjadi 3 (tiga), yaitu: pondok pesantren Al-Badri itu sendiri, pondok pesantren Al- Kholoili dan pondok pesantren As-Sobri yang letaknya kurang lebih 1 KM dari Al-Badri. Santri pada pondok pesantren Al-Badri yang tadinya berjumlah 400 orang, hanya tinggal 50 orang. Hal itu dikarenakan sebagian santri ada yang di pondok pesantren Al-Kholili dan juga di pondok pesantren Al-Sobri.
Pada tahun 1957 K.H. Habibullah menikahi Hj. Aminah dari pernikahannya dengan Nyai Hj. Aminah dikaruniai dua orang putra, yakni; K.H. Hafidz Habibullah dan K.H. Mahfudz Habibullah. Sedangkan dari pernikahannya dengan Nyai Suphia, K.H. Habibullah dikaruniai seorang putra yang bernama K.H. Abdurrahman.
Pada tahun 1986 K.H. Habibullah meninggalkan orang-orang yang dicintainya, termasuk para santri untuk menghadap Allah Swt. Dengan wafatnya K.H. Habibullah, maka pondok pesantren Al-Badri diasuh oleh K.H. Hafidz Habibullah yang dibantu oleh adiknya yakni K.H. Mahfudz Habibullah sampai dengan sekarang (sebagai generasi ketiga). Sedangkan K.H. Abdurrahman mendirikan pondok pesantren sendiri yang diberi nama pondok pesantren Habiburrahman, tepatnya di desa Jatian Kec. Pakusari. Konsistensi dalam melaksanakan amanat dan cita-cita para pendahulunya dipegang teguh oleh kedua pengasuh sebagai generasi ketiga.